Latar Belakang Landasan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah Dasar

Sebuah gedung yang tinggi tentu memiliki landasan atau fondasi yang kuat agar dapat berdiri dengan tegak, kuat dan kokoh sehingga bisa bertahan sangat lama. Sebaliknya, jika sebuah bangunan tidak memiliki fondasi yang kuat dan kokoh, maka bangunan tersebut lambat laun akan cepat ambruk atau hancur. Begitupun juga hal ini terjadi terhadap pengembangan kurikulum. Apabila landasan atau fondasi kurikulum/pendidikannya lemah dan tidak kuat, maka hal yang terjadi adalah berdampaknya terhadap lemahnya perkembangan anak pada aspek pengetahuannya. Landasan kurikulum pada dasarnya adalah faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan pada saat melakukan mengembangkan suatu kurikulum di suatu lembaga pendidikan, baik itu di tingkat sekolah dasar maupun di tingkat lanjutan (SMP, SMA).
Menurut ahli bidang kurikulum Robert S. Zais (1976), mengemukakan bahwa kurikulum pada suatu lembaga pendidikan, didasarkan pada lima landasan (foundations) yaitu, landasan filosofis (philosophical assumption), hakikat ilmu pengetahuan (epistemology), masyarakat dan kebudayaan (society and culture), individual/siswa (the individual), dan teori-teori belajar (learning theory).
Sejalan dengan pendapatnya Robert S. Zais, Ralph W. Tyler (dalam Omstein & Hunkins, 1988) menjelaskan bahwa ada tiga aspek yang melandasi pada pengembangan kurikulum, antara lain landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan sosiologis.
Berikut penjelasan dari ketiga landasan tersebut.

  1. Landasan Filosofis. Dalam pengertian secara umum, filsafat adalah cara berpikir secara radikal, menyeluruh, dan secara mendalam (socrates) atau suatu cara berpikir yang menjelaskan sesuatu secara mendalam. Plato mengungkapkan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran. Filsafat pada pendidikan adalah penerapan dari pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan suatu permasalahan yang terjadi terhadap pendidikan. filsafat tersebut akan menentukan arah kemana siswa akan dibawa. filsafat merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan pandidikan. Oleh karena itu, filsafat yang dianut oleh suatu bangsa/negara atau masyarakat dan bahkan guru sekalipun akan mempengaruhi pada tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Dengan demikian, tujuan pendidikan disuatu negara berbeda dengan tujuan pendidikan di negara lain. hal itu disesuaikan dengan falsafat yang dianut pada negara tersebut. Kaitan antara filsafat pendidikan dengan kurikulum dapat dikatakan berkaitan sangat erat. mengapa demikian? karena tujuan pendidikan sangat diwarnai oleh falsafah/pandangan hidup yang dianut suatu bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan oleh negara tersebut juga akan mencerminkan falsafah/pandangan hidup tersebut. Pada masa penjajahan belanda, kurikulum yang dianut sangat berorientasi kepada kepentingan politik negara belanda saat itu. begitu pula saat penjajahan jepang, kurikulum yang dipakai berpijak pada falsafat bangsa jepang. Pada masa orde baru, kurikulum pendidikan disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan serta falsafat bangsa indonesia, yaitu Pancasila. begitu pula pada masa reformasi, kurikulum mengalami pengembangan dan inovasi ke arah kebutuhan dan peradaban dunia. hal ini menuntut untuk senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan disempurnakan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan manusia pada masa yang akan datang (hari esok) berdasarkan pengalaman yang lalu.
  2. Landasan Psikologis. Pendidikan berkaitan dengan tingkah laku manusia. Oleh karena itu, hadirnya pendidikan diharapkan dapat merubah tingkah laku para siswa menuju kedewasaannya, baik secara fisik, mental/intelektual, moral, dan sosialnya. Melalui kurikulum, diharapkan dapat membentuk watak anak/siswa yang berperilaku baru yang berupa kemampuan-kemampuan aktual dan potensial dari para siswa serta kemampuan-kemampuan baru yang berbudi pekerti dalam waktu yang relatif lama sebagai karakter budaya bangsa Idonesia.
  3. landasan Sosiologi. Landasan sosiologis merupakan sebuah kajian tentang pengembangan kurikulum yang dikaitkan dengan masyarakat, kebudayaan, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Ketiga hal tersebut sangatlah mempengaruhi terhadap penetapan pada isi kurikulum. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku itu harus dikembangkan. Siswa merupakan individu yang sedang berada dalam proses perkembangan, seperti perkembangan fisik/jasmani, intelektual, sosial, emosional, dan moral, khususnya bagi perkembangan anak sekolah dasar yang sangat butuh perhatian, bimbingan, dan motivasi. begitu pentingnya pendidikan budi pekerti di sekolah dasar, senantiasa membawa guru dapat melaksanakan tugas yang mulia ini untuk membantu mengoptimalkan perkembangan siswa ke arah yang lebih baik atau optimal dari sekarang ke masa depannya. Dengan demikian, apa yang dididikkan dan bagaimana cara mendidik siswa khususnya anak sekolah dasar, harus disesuaikan dengan tingkat-tingkat perkembangan anak. karena perkembangan yang di alami anak sekolah dasar pada umumnya diperoleh dari belajar. Dari hal-hal tersebut maka dapat diuraikan, terdapat dua cabang psikologi yang sangat penting untuk diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum, yakni psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ketentuan isi kurikulum yang akan diberikan kepada siswa dengan tujuan agar tingkat keluasan dan kedalaman materi/bahan ajar sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Sedangkan psikologi belajar merupakan pemberian sumbangan bagi kurikulum dalam hal bagaimana kurikulum itu diberikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. hal ini berarti berkenaan dengan strategi kurikulum.